Sepatu olahraga biasanya akan dibuat senyaman mungkin untuk memudahkan
kita bergerak atau berlari. Namun desainer dunia satu ini justru
menciptakan sesuatu yang sangat unik yakni gabungan sepatu olahraga dan
high heels.
Desainer terkenal, Jeremy Scott, bekerjasama dengan Adidas baru-baru ini
menciptakan karyanya yang unik yakni sepatu olahraga berhak tinggi.
Anna Dello Russo menjadi model pertama yang diberi kepercayaan oleh
Jeremy untuk memakai sepatu nyentrik ini dan memamerkannya di acara
Paris Fashion Week.
Sepatu berwarna kuning ini memiliki konsep layaknya sepatu olahraga
biasa. Menariknya di ujung alasnya dipasang hak tinggi berupa stiletto
sekitar 5-10 centimeter. Selain itu, sepatu ini juga memiliki tambahan
desain hingga betis yang bertujuan memberi perlindungan kepada kaki
wanita agar terhindar dari benturan.
Sepatu olahraga berhak tinggi sejatinya bukan hal baru di dunia fashion.
Sebelumnya konsep ini juga pernah diperkenalkan dengan nama
wedgesneakers oleh Isabel Marant. Namun mengingat desainernya seorang
Jeremy Scott, maka kemungkinan sepatu ini bisa menjadi trend selanjutnya
di dunia fashion.
"Jeremy Scott tak pernah gagal untuk mendorong rasa kreatifnya dalam
menciptakan sesuatu," ujar Thomas Merrigan salah seorang penulis mode.
"Sepatu ini memang tidak cantik, namun Jeremy mampu menampilkan karya
yang eksentrik, pop kultur dan shock factor."
Hingga sejauh ini pihak Adidas masih belum memberi keterangan pasti
tentang harga yang dibanderol untuk sebuah sepatu olahraga berhak tinggi
ini. Namun setidaknya sepatu ini bisa menjadi salah satu alternatif
menarik bagi para wanita pecinta olahraga yang tetap mengedepankan unsur
feminimnya.
Selasa, 28 Oktober 2014
Tips Membedakan Sepatu Nike Asli dan Palsu
Tips cara mudah untuk membedakan sepatu Nike yang asli dengan yang palsu:
1. Lihat logo swoosh [lambang centang khas brand Nike] di bagian dalam sepatu palsu. Apabila sepatu itu palsu, ada semacam satu layer kertas berwarna putih untuk mensupport penjahitan logo swoosh tersebut. Logo swoosh Nike tidak mudah untuk ditiru [dalam proses produksi].
2. Di setiap baju/sepatu Nike ada sistem penomoran/sizing dengan standard internasional [sama di seluruh dunia]. Ada satu kertas putih kecil, dengan kode-kode barang [disebut juga dengan nomor artikel].
Contohnya kode SU 11, SU melambangkan summer [musim panas] tahun 2011. Lalu ada tiga angka di belakang nomor artikel yang melambangkan warna, contoh: digit 0 di depan untuk warna hitam, 1 untuk warna putih , 4 untuk warna biru, dan 6 untuk warna merah.
Apabila masih ragu-ragu, bisa masuk ke www.nike.com, lalu masukkan nomor artikelnya, untuk mengecek apakah barangnya sama dengan barang yang anda punya
1. Lihat logo swoosh [lambang centang khas brand Nike] di bagian dalam sepatu palsu. Apabila sepatu itu palsu, ada semacam satu layer kertas berwarna putih untuk mensupport penjahitan logo swoosh tersebut. Logo swoosh Nike tidak mudah untuk ditiru [dalam proses produksi].
2. Di setiap baju/sepatu Nike ada sistem penomoran/sizing dengan standard internasional [sama di seluruh dunia]. Ada satu kertas putih kecil, dengan kode-kode barang [disebut juga dengan nomor artikel].
Contohnya kode SU 11, SU melambangkan summer [musim panas] tahun 2011. Lalu ada tiga angka di belakang nomor artikel yang melambangkan warna, contoh: digit 0 di depan untuk warna hitam, 1 untuk warna putih , 4 untuk warna biru, dan 6 untuk warna merah.
Apabila masih ragu-ragu, bisa masuk ke www.nike.com, lalu masukkan nomor artikelnya, untuk mengecek apakah barangnya sama dengan barang yang anda punya
Sejarah Sepatu
Kebanyakan orang, termasuk kalian tentunya, pernah menggunakan sepatu.
Sepatu biasanya kita gunakan ketika akan pergi ke suatu tempat atau beraktivitas.
Selain berfungsi untuk melindungi kaki, sepatu juga membuat penampilan kita menjadi lebih rapi dan enak dipandang.
Tapi, tahukah kalian, sejak kapan manusia menggunakan sepatu?
Sejarah
Para ahli sejarah memperkirakan bahwa sepatu pertama kali dibuat pada zaman Es atau sekitar 5 juta tahun lalu.
Sepatu itu dibuat dari kulit hewan.
Sepatu primitif (kuno) dalam jumlah besar pernah ditemukan di pedalaman Missouri, Amerika Serikat (AS).
Diperkirakan sepatu itu berasal dari 8000 Sebelum Masehi (SM).
Sepatu lainnya juga pernah ditemukan di pegunungan Prancis dan kemungkinan berasal dari 3300 SM.
Selain dari kulit binatang, ada juga sepatu yang terbuat dari rumput atau semak.
Gunanya, untuk melindungi kaki dari teriknya sinar matahari atau dinginnya suhu.
Selain di Missouri, ditemukan juga alas kaki yang berasal dari peradaban Mesir Kuno, Viking, dan China kuno.
Alas kaki yang berasal dari Mesir Kuno, berhiaskan gambar yang sangat indah.
Alas kaki tersebut merupakan milik raja Mesir.
Alas kaki pada saat itu digunakan untuk menunjukkan status sosial penggunanya.
Di zaman itu, hanya para bangsawan dan orang-orang kayalah yang mampu untuk memakai sepatu.
Masyarakat Yunani Kuno juga memiliki alas kaki yang sangat menunjang kegiatan mereka sehari-hari.
Sepatu mereka memiliki banyak tali yang diikat di sekeliling betis.
Tentara Romawi Kuno juga memiliki sepatu yang sangat khas.
Sepatu ini disebut caligae.
Saat para tentara Romawi kembali dari peperangan dan menang, caligae diberi paku yang berasal dari perunggu, perak, bahkan emas.
Seiring bertambahnya waktu, manusia terus menyempurnakan bentuk sepatu.
Tentunya, hal itu dimaksudkan untuk lebih memberikan kenyamanan bagi para pemakainya.
Lantas, bagaimana sejarah perkembangan sepatu dari masa ke masa?
Tahun 1800 Sepatu beralaskan sol karet pertama dibuat dan dinamakan plimsolls.
1892 Goodyear dan perusahaan sepatu karet dari US Rubber Company, memulai memproduksi sepatu karet dan kanvas yang diberi nama Keds.
1908 Marquis M. Converse mendirikan perusahaan sepatu Converse.
Perusahaan inilah yang membuat sepatu untuk olahraga basket pertama kali.
Sepatu ini pula yang mengubah permainan bola basket lebih dari seabad dan menjadi ikon AS.
1917 Sepatu keds menjadi sepatu atletik pertama yang diproduksi secara massal.
Di kemudian hari, sepatu ini disebut sneaker karena solnya lebih halus dan tidak menimbulkan suara decitan pada kondisi tertentu. 1920 Adi Dassler, pendiri Adidas, mulai memproduksi sepatu olahraga buatan tangan di kamar mandi ibunya.
Ia membuat sepatu tanpa bantuan alat-alat listrik.
1924 Adi dan Rudolph Dassler, dengan bantuan 50 anggota keluarganya, mendaftarkan bisnisnya dengan nama Gebr der Dassler Schuhfabrik di Herzogenaurach, Jerman.
Ini menjadi awal berdirinya Adidas seperti sekarang 1948 Puma Schuhfabrik Rudolf Dassler didirikan.
Sepatu sepak bola pertama Puma digunakan oleh tim sepak bola Jerman Barat.
1950 Sneaker menjadi sepatu pilihan di mana-mana.
Pasalnya, sepatu ini murah dan mudah diperoleh oleh seluruh anak muda di seluruh dunia.
Selain sneaker, sepatu bertumit tinggi alias stiletto juga menjadi tren di awal 1950-an.
1962 Phil Knight dan Bill Bowerman meluncurkan sepatu atletik berteknologi tinggi (pada masa itu) dengan nama Blue Ribbon Sports (BRS).
Seiring dengan desain dan teknologinya yang baru, pada tahun 1968, nama mereka diganti menjadi Nike.
1970 Platform shoes dengan tumit setinggi 2-5 inci atau 5—12 sentimeter menjadi incaran pria dan wanita. Era 70-an juga merupakan awal kepopuleran sepatu model bakiak.
1990 Awal era ini diramaikan dengan jenis sepatu bersol rata, berwarna, dan persegi.
1995 Museum Sepatu Bata di Toronto, Kanada, resmi dibuka pada bulan Mei.
1998-2001 Sepatu lars menjadi salah satu sepatu yang populer di Indonesia.
2006-sekarang Model wedges shoes (berbentuk irisan) merupakan model yang populer di kalangan kaum perempuan.
Di samping itu, sepatu-sepatu yang menawarkan kenyamanan bagi para pemakainya mulai menjadi pilihan banyak orang.
(http://asal-usul-motivasi.blogspot.com/2010/10/asal-usul-sepatu.html)
Sepatu biasanya kita gunakan ketika akan pergi ke suatu tempat atau beraktivitas.
Selain berfungsi untuk melindungi kaki, sepatu juga membuat penampilan kita menjadi lebih rapi dan enak dipandang.
Tapi, tahukah kalian, sejak kapan manusia menggunakan sepatu?
Sejarah
Para ahli sejarah memperkirakan bahwa sepatu pertama kali dibuat pada zaman Es atau sekitar 5 juta tahun lalu.
Sepatu itu dibuat dari kulit hewan.
Sepatu primitif (kuno) dalam jumlah besar pernah ditemukan di pedalaman Missouri, Amerika Serikat (AS).
Diperkirakan sepatu itu berasal dari 8000 Sebelum Masehi (SM).
Sepatu lainnya juga pernah ditemukan di pegunungan Prancis dan kemungkinan berasal dari 3300 SM.
Selain dari kulit binatang, ada juga sepatu yang terbuat dari rumput atau semak.
Gunanya, untuk melindungi kaki dari teriknya sinar matahari atau dinginnya suhu.
Selain di Missouri, ditemukan juga alas kaki yang berasal dari peradaban Mesir Kuno, Viking, dan China kuno.
Alas kaki yang berasal dari Mesir Kuno, berhiaskan gambar yang sangat indah.
Alas kaki tersebut merupakan milik raja Mesir.
Alas kaki pada saat itu digunakan untuk menunjukkan status sosial penggunanya.
Di zaman itu, hanya para bangsawan dan orang-orang kayalah yang mampu untuk memakai sepatu.
Masyarakat Yunani Kuno juga memiliki alas kaki yang sangat menunjang kegiatan mereka sehari-hari.
Sepatu mereka memiliki banyak tali yang diikat di sekeliling betis.
Tentara Romawi Kuno juga memiliki sepatu yang sangat khas.
Sepatu ini disebut caligae.
Saat para tentara Romawi kembali dari peperangan dan menang, caligae diberi paku yang berasal dari perunggu, perak, bahkan emas.
Seiring bertambahnya waktu, manusia terus menyempurnakan bentuk sepatu.
Tentunya, hal itu dimaksudkan untuk lebih memberikan kenyamanan bagi para pemakainya.
Lantas, bagaimana sejarah perkembangan sepatu dari masa ke masa?
Tahun 1800 Sepatu beralaskan sol karet pertama dibuat dan dinamakan plimsolls.
1892 Goodyear dan perusahaan sepatu karet dari US Rubber Company, memulai memproduksi sepatu karet dan kanvas yang diberi nama Keds.
1908 Marquis M. Converse mendirikan perusahaan sepatu Converse.
Perusahaan inilah yang membuat sepatu untuk olahraga basket pertama kali.
Sepatu ini pula yang mengubah permainan bola basket lebih dari seabad dan menjadi ikon AS.
1917 Sepatu keds menjadi sepatu atletik pertama yang diproduksi secara massal.
Di kemudian hari, sepatu ini disebut sneaker karena solnya lebih halus dan tidak menimbulkan suara decitan pada kondisi tertentu. 1920 Adi Dassler, pendiri Adidas, mulai memproduksi sepatu olahraga buatan tangan di kamar mandi ibunya.
Ia membuat sepatu tanpa bantuan alat-alat listrik.
1924 Adi dan Rudolph Dassler, dengan bantuan 50 anggota keluarganya, mendaftarkan bisnisnya dengan nama Gebr der Dassler Schuhfabrik di Herzogenaurach, Jerman.
Ini menjadi awal berdirinya Adidas seperti sekarang 1948 Puma Schuhfabrik Rudolf Dassler didirikan.
Sepatu sepak bola pertama Puma digunakan oleh tim sepak bola Jerman Barat.
1950 Sneaker menjadi sepatu pilihan di mana-mana.
Pasalnya, sepatu ini murah dan mudah diperoleh oleh seluruh anak muda di seluruh dunia.
Selain sneaker, sepatu bertumit tinggi alias stiletto juga menjadi tren di awal 1950-an.
1962 Phil Knight dan Bill Bowerman meluncurkan sepatu atletik berteknologi tinggi (pada masa itu) dengan nama Blue Ribbon Sports (BRS).
Seiring dengan desain dan teknologinya yang baru, pada tahun 1968, nama mereka diganti menjadi Nike.
1970 Platform shoes dengan tumit setinggi 2-5 inci atau 5—12 sentimeter menjadi incaran pria dan wanita. Era 70-an juga merupakan awal kepopuleran sepatu model bakiak.
1990 Awal era ini diramaikan dengan jenis sepatu bersol rata, berwarna, dan persegi.
1995 Museum Sepatu Bata di Toronto, Kanada, resmi dibuka pada bulan Mei.
1998-2001 Sepatu lars menjadi salah satu sepatu yang populer di Indonesia.
2006-sekarang Model wedges shoes (berbentuk irisan) merupakan model yang populer di kalangan kaum perempuan.
Di samping itu, sepatu-sepatu yang menawarkan kenyamanan bagi para pemakainya mulai menjadi pilihan banyak orang.
(http://asal-usul-motivasi.blogspot.com/2010/10/asal-usul-sepatu.html)
Selasa, 21 Oktober 2014
League Luncurkan Sepatu dengan Teknologi Ultra-Grip dan Sepatu Khusus Daerah Tropis
KBRN, Jakarta : Setelah dirilis pada akhir tahun 2011, Volans kembali muncul dengan modifikasi fitur baru. League telah melakukan riset yang intensif untuk melahirkan generasi terbaru Volans yang disebut Volans Ultra-Grip. Di awal Juni 2014, Volans Ultra-Grip lahir dengan pengembangan pada rubber dan upper yang menjadikannya lebih dari sekedar sepatu lari yang ringan dan responsif.
Terinspirasi dari cara kerja kaki cicak yang mampu menempel erat pada permukaan vertikal, sepatu dengan teknologi Ultra-Grip akan mencengkeram permukaan lapangan yang rata juga licin.
“Sepatu ini diberi nama Volans Ultra-Grip karena kekuatan sol yang dapat merekat pada permukaan tanah sehingga pemakainya tidak perlu khawatir lagi saat berlari di permukaan yang basah karena air atau minyak,†jelas Prajna Murdaya, Managing Director League.
Area upper atau bagian atas sepatu terbuat dari bahan reflektif yang dapat memendarkan cahaya saat berada di lingkungan dengan penerangan yang minimal. Fitur ini dapat memberikan manfaat keselamatan bagi penggunanya saat berlari di area gelap.
Manfaat ganda di atas akan mendukung kegiatan berlari di malam hari dan di area yang basah akibat hujan ataupun tumpahan minyak. Tidak hanya berlari, sepatu ini juga tepat untuk dipakai beraktivitas sehari-hari.
Sepatu yang namanya diambil dari nama latin rasi bintang Pieces Volans ini merupakan produk signature League untuk kategori sepatu lari. Volans sendiri yang berarti Ikan Terbang terkenal karena menggunakan material mono-mesh pada upper. Lubang mono-mesh Volans membuatnya mampu mengatur sirkulasi udara dan mengurangi kelembaban akibat keringat di kaki. Selain itu, Volans Ultra-Grip tetap mengaplikasi teknologi Cushlite sebagai bantalan midsole sehingga tetap ringan saat berayun.
Memilih sepatu sepak bola yang sesuai dengan kontur lapangan di Indonesia bukan pekerjaan mudah. Pasalnya, kebanyakan sepatu merk luar negeri yang masuk dibuat berdasarkan kondisi lapangan yang umumnya bagus.
Berdasarkan pemikiran itu, League yang merupakan produsen apparel dalam negeri meluncurkan sepatu sepak bola Matrix 2 . Tidak seperti sepatu sepak bola merk luar negeri pada umumnya, sepatu ini dibuat dengan kondisi lapangan di Indonesia.
“Kita tahu pada umumnya kondisi lapangan di Indonesia cukup keras. Untuk itu, di sepatu ini kami menanamkan sebuah teknologi terbaru. Selain membuat kita merasa lebih nyaman saat bermain, sepatu ini juga melindungi dari benturan,” ujar Hartono Wijaya, COO Berca Retail Group yang membawahi League, pada konferensi pers di lapangan PSSI Senayan, Jakarta, Rabu (24/5).
Berbagai kelebihan sepatu ini terdapat pada fitur LPAC yang terdapat di dalamnya. Material outsole yang terdiri dari kombinasi lightweight TPU dan HDR studs mampu meredam benturan saat kaki menginjak permukaan yang keras. Sehingga kemungkinan cedera menjadi semakin kecil. Teknologi tersebut juga membuat sepatu ini terasa ringan saat digunakan.
Soal desain, sepatu ini juga terlihat modern dan futuristis. “Cocok dengan seleraku yang selalu ingin tampil trendi. Matrix 2 sangat pas digunakan kalangan anak-anak muda,” ujar Kim Jeffrey Kurniawan, pemain Persema Malang yang didaulat sebagai duta League.
Usai konferensi pers, Kim bersama duta League lain yakni striker Persija Jakarta, Greg Nwokolo, dan pelatih Persema Malang, Timo Scheunemann, menyempatkan diri melakukan laga eksibisi menghadapi tim selebriti dan wartawan yang datang
(http://www.rri.co.id/post/berita/83079/budaya/league_luncurkan_sepatu_dengan_teknologi_ultragrip.html)
(http://www.duniasoccer.com/Duniasoccer/Indonesia/Varia-Warta/League-Luncurkan-Sepatu-Khusus-Daerah-Tropis)
Terinspirasi dari cara kerja kaki cicak yang mampu menempel erat pada permukaan vertikal, sepatu dengan teknologi Ultra-Grip akan mencengkeram permukaan lapangan yang rata juga licin.
“Sepatu ini diberi nama Volans Ultra-Grip karena kekuatan sol yang dapat merekat pada permukaan tanah sehingga pemakainya tidak perlu khawatir lagi saat berlari di permukaan yang basah karena air atau minyak,†jelas Prajna Murdaya, Managing Director League.
Area upper atau bagian atas sepatu terbuat dari bahan reflektif yang dapat memendarkan cahaya saat berada di lingkungan dengan penerangan yang minimal. Fitur ini dapat memberikan manfaat keselamatan bagi penggunanya saat berlari di area gelap.
Manfaat ganda di atas akan mendukung kegiatan berlari di malam hari dan di area yang basah akibat hujan ataupun tumpahan minyak. Tidak hanya berlari, sepatu ini juga tepat untuk dipakai beraktivitas sehari-hari.
Sepatu yang namanya diambil dari nama latin rasi bintang Pieces Volans ini merupakan produk signature League untuk kategori sepatu lari. Volans sendiri yang berarti Ikan Terbang terkenal karena menggunakan material mono-mesh pada upper. Lubang mono-mesh Volans membuatnya mampu mengatur sirkulasi udara dan mengurangi kelembaban akibat keringat di kaki. Selain itu, Volans Ultra-Grip tetap mengaplikasi teknologi Cushlite sebagai bantalan midsole sehingga tetap ringan saat berayun.
Memilih sepatu sepak bola yang sesuai dengan kontur lapangan di Indonesia bukan pekerjaan mudah. Pasalnya, kebanyakan sepatu merk luar negeri yang masuk dibuat berdasarkan kondisi lapangan yang umumnya bagus.
Berdasarkan pemikiran itu, League yang merupakan produsen apparel dalam negeri meluncurkan sepatu sepak bola Matrix 2 . Tidak seperti sepatu sepak bola merk luar negeri pada umumnya, sepatu ini dibuat dengan kondisi lapangan di Indonesia.
“Kita tahu pada umumnya kondisi lapangan di Indonesia cukup keras. Untuk itu, di sepatu ini kami menanamkan sebuah teknologi terbaru. Selain membuat kita merasa lebih nyaman saat bermain, sepatu ini juga melindungi dari benturan,” ujar Hartono Wijaya, COO Berca Retail Group yang membawahi League, pada konferensi pers di lapangan PSSI Senayan, Jakarta, Rabu (24/5).
Berbagai kelebihan sepatu ini terdapat pada fitur LPAC yang terdapat di dalamnya. Material outsole yang terdiri dari kombinasi lightweight TPU dan HDR studs mampu meredam benturan saat kaki menginjak permukaan yang keras. Sehingga kemungkinan cedera menjadi semakin kecil. Teknologi tersebut juga membuat sepatu ini terasa ringan saat digunakan.
Soal desain, sepatu ini juga terlihat modern dan futuristis. “Cocok dengan seleraku yang selalu ingin tampil trendi. Matrix 2 sangat pas digunakan kalangan anak-anak muda,” ujar Kim Jeffrey Kurniawan, pemain Persema Malang yang didaulat sebagai duta League.
Usai konferensi pers, Kim bersama duta League lain yakni striker Persija Jakarta, Greg Nwokolo, dan pelatih Persema Malang, Timo Scheunemann, menyempatkan diri melakukan laga eksibisi menghadapi tim selebriti dan wartawan yang datang
(http://www.rri.co.id/post/berita/83079/budaya/league_luncurkan_sepatu_dengan_teknologi_ultragrip.html)
(http://www.duniasoccer.com/Duniasoccer/Indonesia/Varia-Warta/League-Luncurkan-Sepatu-Khusus-Daerah-Tropis)
Sepatu Vans
Pada tanggal 16 Maret 1966, Paul Van Doren bersama tiga orang temannya, yaitu Jim Van Doren, Gordy Lee, dan Serge D'Elia membentuk Van Doren Rubber Co, kemudian sekarang kita kenal sebagai Vans. Ternyata sepatu Vans yang memiliki sol yang lengket digilai kalangan skateboarders yang mulai menjamur pada zaman itu, Vans akhirnya menjadi sepatu pilihan mereka dan Vans pun mulai dikenal masyarakat terutama di selatan California.
Di tahun 80an Vans semakin berkembang ke olahraga lain, selain skateboard, mereka mulai dikenal menyediakan sepatu untuk BMX, wakeboarding, motorcross, bahkan surfing, hal ini mereka lakukan untuk bersaing dengan perusahaan sepatu olah raga lainnya. Vans pernah mendapatkan perhatian internasional saat Sean Penn mengenakan Vans dalam film Fast Times at Ridgemont High. Hingga sekarang Vans telah menelurkan lebih dari 60 model termasuk Zapato, Sk8-Hi dan Era yang sangat dikenal diseluruh dunia.
Pada akhirnya Vans bukan saja menjual sepatu namun merambah ke clothing line dan juga aksesoris. Vans yang sangat melekat dengan image extreme sports juga menjadi sponsor bagi atlet-atlet kuat di olah raga ini, sebut saja atlet muda yang sedang naik daun, Shaun White di mana ia berhasil menjadi atlet muda yang berhasil meraih banyak piala dari dua cabang olah raga sekaligus, skateboard dan snowboard.
Selain menjadi sponsor bagi para atlet, Vans juga menjadi sponsor banyak turnamen-turnamen besar dalam olah raga ini, bahkan mereka juga menyelenggarakan turnamen sendiri, Vans Bowl-A-Rama yang menjadi salah satu turnamen extreme sports yang digabungkan dengan konser musik yang sangat besar. Selain Bowl-A-Rama, ada lagi acara extreme sports dan musik yang sangat ditunggu setiap tahunnya, yaitu Vans Warped Tour, sebuah festival yang diadakan Vans dimana para atlet extreme sports dan para musisi rock/punk dari seluruh dunia unjuk kebolehan di beberapa kota. Festival ini telah berlangsung dari tahun 1995 dan menjadi ajang paling besar bagi penggila skateboard, BMX, dan olah raga extreme sports lainnya dan juga bagi penggemar musik punk rock. Oh ya, grup band punk rock asal pulau Dewata, Superman is Dead juga pernah mendapatkan kesempatan manggung di acara tersebut!
Dunia extreme sports yang lekat dengan musik-musik rock dan punk akhirnya membawa Vans menjadi bagian dari kultur genre musik tersebut. Bahkan para musisi lain mulai ikut menjadi penggila Vans dan naturally, para fans band-band punk dan rock ikut menjadi penggila Vans. Bahkan sekarang musisi dari genre lain selain punk/rock juga menjadi penggemar Vans. Musisi-musisi top seperti para personel Blink 182, vokalis Paramore, Hayley Williams, Lupe Fiasco, hingga Bruno Mars kerap terlihat memakai sepatu Vans baik dalam konser bahkan dalam video klip mereka. Vans-pun menjadi brand yang lekat dengan kultur anak muda di seluruh dunia.Tidak terkecuali di Indonesia, Vans menjadi andalan bagi para penggila extreme sports, bahkan banyak diantara mereka yang rela membeli sepatu Vans dari luar negeri karena pilihan yang masih cukup terbatas di Indonesia. Vans sendiri yang sudah menjadi bagian dari kultur anak muda dimana sepatu ini tidak hanya digunakan para penggila extreme sports namun juga digunakan oleh para musisi, dan penggila sneakers tidak akan melewatkan sepatu Vans sebagai bagian dari koleksi mereka
(http://hypershoes.blogspot.com/2013/12/sejarah-sepatu-vans.html)
Di tahun 80an Vans semakin berkembang ke olahraga lain, selain skateboard, mereka mulai dikenal menyediakan sepatu untuk BMX, wakeboarding, motorcross, bahkan surfing, hal ini mereka lakukan untuk bersaing dengan perusahaan sepatu olah raga lainnya. Vans pernah mendapatkan perhatian internasional saat Sean Penn mengenakan Vans dalam film Fast Times at Ridgemont High. Hingga sekarang Vans telah menelurkan lebih dari 60 model termasuk Zapato, Sk8-Hi dan Era yang sangat dikenal diseluruh dunia.
Pada akhirnya Vans bukan saja menjual sepatu namun merambah ke clothing line dan juga aksesoris. Vans yang sangat melekat dengan image extreme sports juga menjadi sponsor bagi atlet-atlet kuat di olah raga ini, sebut saja atlet muda yang sedang naik daun, Shaun White di mana ia berhasil menjadi atlet muda yang berhasil meraih banyak piala dari dua cabang olah raga sekaligus, skateboard dan snowboard.
Selain menjadi sponsor bagi para atlet, Vans juga menjadi sponsor banyak turnamen-turnamen besar dalam olah raga ini, bahkan mereka juga menyelenggarakan turnamen sendiri, Vans Bowl-A-Rama yang menjadi salah satu turnamen extreme sports yang digabungkan dengan konser musik yang sangat besar. Selain Bowl-A-Rama, ada lagi acara extreme sports dan musik yang sangat ditunggu setiap tahunnya, yaitu Vans Warped Tour, sebuah festival yang diadakan Vans dimana para atlet extreme sports dan para musisi rock/punk dari seluruh dunia unjuk kebolehan di beberapa kota. Festival ini telah berlangsung dari tahun 1995 dan menjadi ajang paling besar bagi penggila skateboard, BMX, dan olah raga extreme sports lainnya dan juga bagi penggemar musik punk rock. Oh ya, grup band punk rock asal pulau Dewata, Superman is Dead juga pernah mendapatkan kesempatan manggung di acara tersebut!
Dunia extreme sports yang lekat dengan musik-musik rock dan punk akhirnya membawa Vans menjadi bagian dari kultur genre musik tersebut. Bahkan para musisi lain mulai ikut menjadi penggila Vans dan naturally, para fans band-band punk dan rock ikut menjadi penggila Vans. Bahkan sekarang musisi dari genre lain selain punk/rock juga menjadi penggemar Vans. Musisi-musisi top seperti para personel Blink 182, vokalis Paramore, Hayley Williams, Lupe Fiasco, hingga Bruno Mars kerap terlihat memakai sepatu Vans baik dalam konser bahkan dalam video klip mereka. Vans-pun menjadi brand yang lekat dengan kultur anak muda di seluruh dunia.Tidak terkecuali di Indonesia, Vans menjadi andalan bagi para penggila extreme sports, bahkan banyak diantara mereka yang rela membeli sepatu Vans dari luar negeri karena pilihan yang masih cukup terbatas di Indonesia. Vans sendiri yang sudah menjadi bagian dari kultur anak muda dimana sepatu ini tidak hanya digunakan para penggila extreme sports namun juga digunakan oleh para musisi, dan penggila sneakers tidak akan melewatkan sepatu Vans sebagai bagian dari koleksi mereka
(http://hypershoes.blogspot.com/2013/12/sejarah-sepatu-vans.html)
Sepatu DC
DC
Perusahaan sepatu Amerika, DC Shoes, pertama kali didirikan pada tahun 1993 dan memegang kantor pusatnya di Vista, California. Meskipun awalnya berdiri DC untuk "Droors Pakaian", Quiksilver sejak mengakuisisi perusahaan yang tidak lagi terikat dengan cara apapun untuk Droors, sebuah perusahaan yang sekarang tidak ada lagi.
DC menyediakan sepatu untuk bermain skateboard dan mereka juga memiliki berbagai jenis pakaian, meskipun tidak terbatas pada, kemeja, jaket, celana jeans dan topi untuk laki-laki perempuan dan anak-anak (perempuan juga mencakup garis gaun dan rok). DC bahkan menyediakan berbagai pilihan Snowboards.
Seperti yang diharapkan, sepatu dan pakaian ini sangat populer di komunitas skateboard, mereka juga dipuja oleh banyak tokoh di mata publik. Dari penyanyi dan musisi seperti Lil Wayne dan Mike Shinoda (Linkin Park), termasuk Adam Sandler yang dilaporkan memakai pakaian DC dan sepatu DC di banyak film-filmnya. Travis Barker dari Blink-182 dan 44 yang tidak ketinggalan juga memakai produk DC.
Tetapi produk yang paling populer adalah Sepatu yang tersedia dalam berbagai warna namun setiap sepatu yang diproduksi di DC lebih sering terlihat gaya klasik,adapun produk yang sering di beli adalah sandal wanita dan sepatu bot snowboarding.
(http://qaqashop.blogspot.com/2009/11/dc-perusahaan-sepatu-amerika-dc-shoes.html)
Perusahaan sepatu Amerika, DC Shoes, pertama kali didirikan pada tahun 1993 dan memegang kantor pusatnya di Vista, California. Meskipun awalnya berdiri DC untuk "Droors Pakaian", Quiksilver sejak mengakuisisi perusahaan yang tidak lagi terikat dengan cara apapun untuk Droors, sebuah perusahaan yang sekarang tidak ada lagi.
DC menyediakan sepatu untuk bermain skateboard dan mereka juga memiliki berbagai jenis pakaian, meskipun tidak terbatas pada, kemeja, jaket, celana jeans dan topi untuk laki-laki perempuan dan anak-anak (perempuan juga mencakup garis gaun dan rok). DC bahkan menyediakan berbagai pilihan Snowboards.
Seperti yang diharapkan, sepatu dan pakaian ini sangat populer di komunitas skateboard, mereka juga dipuja oleh banyak tokoh di mata publik. Dari penyanyi dan musisi seperti Lil Wayne dan Mike Shinoda (Linkin Park), termasuk Adam Sandler yang dilaporkan memakai pakaian DC dan sepatu DC di banyak film-filmnya. Travis Barker dari Blink-182 dan 44 yang tidak ketinggalan juga memakai produk DC.
Tetapi produk yang paling populer adalah Sepatu yang tersedia dalam berbagai warna namun setiap sepatu yang diproduksi di DC lebih sering terlihat gaya klasik,adapun produk yang sering di beli adalah sandal wanita dan sepatu bot snowboarding.
(http://qaqashop.blogspot.com/2009/11/dc-perusahaan-sepatu-amerika-dc-shoes.html)
Converse All Star, Digemari Pebasket Sampai Punker
Sepatu itu sangat sederhana. Tingginya semata
kaki dilengkapi sol karet empuk berwarna putih dengan garis hitam. Di
bagian telapak sebelah dalam terdapat dua lubang sirkulasi udara. Bagian
depan luar dia atas jari kaki dilapisi bahan kenyal itu. Dengan warna
bahan kanvas hitam kontras jahitan berwarna putih. Buat ukuran zaman itu
sangat nyaman dipakai, pun hingga sekarang. Ya, itu adalah Converse
Chuck Taylor All-Star.
Pabrik sepatu itu tidak pernah membayangkan kesuksesan semanis itu. Sejak didirikan pada 1908 di Malden, Negara Bagian Massachusetts oleh Marques Mills Converse mereka fokus membuat sepatu khusus musim dingin berbahan karet buat semua kalangan. Tujuh tahun kemudian mereka baru merambah dunia olahraga dengan membuat sepatu tenis, seperti dilansir www.wikipedia.org.
Dua tahun setelah membuat sepatu tennis, seorang pemain basket, Charles Hollis Taylor atau akrab disapa Chuck Taylor datang ke pabrik Converse. Dia mengeluh lantaran sepatu dia pakai tidak nyaman buat digunakan bermain basket.
Hasil bincang-bincang antara Chuck dan Bob Pletz, manajer olahraga, melahirkan ide pembuatan alas kaki khusus basket. Idenya adalah membuat sepatu nyaman buat diajak berlari ke mana saja, tanpa banyak jahitan, mudah dikendalikan, dan aman bagi para pemain. Saat itu saingan mereka hanya sepatu buatan A.G. Spalding yang sudah diproduksi selama dua dekade. Maka diluncurkanlah produk pertama Converse pada 1917.
Saat pertama kali diluncurkan, Converse hanya terdiri dari tiga jenis warna, yakni kanvas dan sol hitam, putih-putih dengan garis jahitan merah dan biru, serta badan sepatu dari kulit.
Desain sepatu basket awal Converse masih sangat sederhana. Tidak sampai setahun, Chuck merasa perlu memperbaiki performa alas kaki itu, utamanya mencegah cedera. Akhirnya lapisan kanvas pada bagian tumit ditambah lagi menjadi lebih tebal. Nama Chuck dan tanda tangannya pun disematkan pada logo sepatu.
Dalam waktu cepat, popularitas sepatu basket Converse meroket. Banyak atlit memuji kenyamanan dan ketangguhan alas kaki itu. Pabrik pun kebanjiran order. Selain itu Chuck Taylor didaulat menjadi penjual dan juru bicara merek itu.
Selain menjual produk, Converse menunjukkan kepedulian mereka terhadap perkembangan olahraga basket dengan membuat acara pelatihan bola basket ke seluruh Amerika.
Setelah sukses merambah dunia basket banyak atlit internasional melirik alas kaki itu buat dipakai di ajang Olimpiade. Pemerintah Amerika pun sempat mengontrak Converse buat menyediakan sepatu latihan kepada seluruh serdadu Negeri Paman Sam itu pada masa Perang Dunia II.
Di era 1960an, sepatu Converse tidak hanya tenar di dunia. Rupanya beberapa kalangan mulai dari musisi punk hingga pemain papan luncur hati tertambat dengan model sepatu sederhana itu. Alas kaki itu seolah simbol bagi kaum kreatif dan anti-kemapanan.
Meski perusahaan itu sempat terpuruk di era 1970an, tapi Converse tidak lekang dimakan zaman, bahkan makin populer. Tak pelak alas kaki fenomenal itu pun tidak hanya menjadi ikon olahraga tapi juga budaya populer, sampai saat ini.
(http://travel.kapanlagi.com/artikel/belanja/658-converse-all-star-digemari-pebasket-sampai-punker.html)
Langganan:
Postingan (Atom)